Rabu, 10 April 2013

Kisah Rasulullah dengan Pengemis Buta



      Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya”. Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

        Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, “anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan”, Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, “Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja”. “Apakah Itu?”, tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana”, kata Aisyah r.ha.

          Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “siapakah kamu ?”. Abubakar r.a menjawab, “aku orang yang biasa”. “Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri”, pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. 

Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.

Referensi "FB Kata Kata Hikmah"

Sabtu, 06 April 2013

Proses Pembuatan Ring Piston


Material Ring Piston
            Umumnya ring piston dibuat dari besi cor nodular pearlitik, dengan standart ASTM A48 klas 40. Besi cor ini memiliki 2,5-4% C, serta 1-3% Si. Berikut adalah sifat mekanik besi cor kelabu menurut ASTM.
Tabel  Properties of ASTM A48 classes of gray iron
Grade
Tensile strength [ksi]
Compressive strength [ksi]
Tensile modulus(E) [106 psi]
20
22
33
10
30
31
109
18
40
57
140
14
60
62.5
187.5
21

Proses Pembuatan Ring Piston
1.  Proses Pemesinan
Pada proses pemesinan ini dilakukan beberapa persiapan seperti membuat program untuk menentukan gerak pemakanan pada mesin CNC, setelah itu barulah material diproses pemesinan dengan menggunakan mesin bubut. Setiap proses pembubutannya menggunakan mata pisau yang berbeda untuk tiap kedalaman dan penipisan serta dalam menentukan diameter ring piston.
                                                        Gambar Proses Pemesinan
2.  Proses Pemotongan Ring Piston
            Proses yang kedua adalah proses pemotongan dimana proses ini dilakukan ketika diameter ring piston telah sesuai dengan ukuran,lalu ring piston dipotong untuk mendapatkan daerah bebas yang berfungsi untuk mengantisipasi pemuaian saat ring piston bekerja.
3.  Proses HeatTreament
            Pada ring piston dilakukan proses heattreatment,karena ring piston ini terbuat dari besi cor yang sifatnya getas,maka dilakukan proses heattreatment dengan tujuan homogenisasi, proses heat treatmen ini dilakukan pada suhu 900º F, kemudian suhunya ditahan selama 4 jam, kemudian didinginkan diudara terbuka.

4. Pengecekan Diameter Ring Piston
            Setelah ring piston dipotong, diameter dari ring piston dicek, apakah sudah sesuai atau belum, pengecekan ini dilakukan oleh seorang quality control. Jika diameter ring piston telah sesuai maka ring piston siap untuk proses selanjutnya.
5. Finishing
            Setelah dilakukan pengecekan diameter ring piston, proses selanjutnya adalah proses finishing. Pada proses ini ring pistong dipoles untuk membuat ring piston lebih bersih dan mengkilap, hal ini dilakukan agar ketika dijual akan dapat menarik perhatian pembeli, dan menghindari berbagai pengotor yang akan merusak ring piston jika tidak dibersihkan.

Material Pengganti Struktur Kayu pada Bangunan Sebagai Upaya Mengurangi Pemanasan Global


              Saat bumi ini bumi sedang menghadapi ancaman perubahan iklim global. Banyak hal yang mempengaruhi perubahan iklim global, salah satu penyebabnya adalah banyaknya gas CO2 yang tidak terserap oleh pepohonan sehingga gas CO2 ini merusak lapisan ozon dan membuat suhu dipermukaan bumi naik. Salah satu penyebab banyaknya gas CO2 adalah penebangan hutan secara liar untuk memenuhi kebutuhan kayu. Saat ini manusia semakin bertambah banyak dan kebutuhan akan kayupun bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah manusia, mereka masih belum menemukan material yang dapat menggantikan kayu. Banyak orang yang memilih kayu sebagai salah satu struktur bangunan mereka karena mereka menggangap kayu merupakan material yang ringan, kokoh dan mudah ditemukan. Semakin banyak orang yang menggunakan kayu pada banguan mereka semakin banyak pula pohon-pohon yang harus ditebang untuk memenuhi kebutuhan mereka, padahal pohon-pohon itu berfungsi untuk menyerap gas CO2. Pohon yang ditebang akan mengeluarkan gas CO2 kelingkungan disekitarnya, semakin banyak pohon yang ditebang semakin banyak gas CO2 yang tidak terserap dan gas CO2 yang tersebar kelingkungan. Hal ini jelas akan berakibat buruk bagi lapisan ozon karena gas CO2  dapat merusak lapisan ozon.
                        Untuk mengurangi konsumsi kayu, dapat digunakan bahan aluminium komposit yang memiliki sifat ringan, kokoh, tahan terhadap gangguan rayap, tahan terhadap korosi, tahan terhadap cuaca, sifat-sifat ini lebih baik dari sifat yang dimiliki oleh kayu. Seharusnya masyarakat mulai beralih menggunakan material ini sebagai upaya mengurangi pemanasan global, selain itu ada banyak kelebihan dari segi sifat material dibandingkan kayu. Aluminium komposit saat ini sudah banyak diual di toko-toko, aluminium komposit mempunyai berbagai jenis diantaranya kusen aluminium, Aluminium composite panel, aluminium curtain wall. Kusen aluminium dapat digunakan untuk menggantikan kayu sebagai kusen pada bangunan. Aluminium composite panel merupakan sebuah inti aluminium tanpa ikatan yang ada di antara dua lembar aluminium dari sebuah panel datar. Aluminium composite panel yang terdiri dari suku kata aluminium (Al ) yang merupakan logam dominan, dan composite yang merupakan bahan alami yang terbuat dari 2 / lebih bahan konstituen yang berbeda. Aluminium composite panel sering digunakan untuk gedung – gedung perkantoran, biasanya untuk isolasi bangunan dan sebagainya. Aluminium composite panel bisa juga digunakan sebagai kelongsong berbagai partisi dan sebagainya.
                        Dengan banyaknya berbagai pilihan dari bahan dasar aluminium semoga masyarakat dapat berpikir kembali dalam menggunakan kayu dan mulai beralih ke material penggati kayu sebagai upaya mengurangi pemanasan global.

KOROSI PADA BAJA TULANGAN YANG DIGUNAKAN SEBAGAI KONSTRUKSI BANGUNAN



1   Korosi Pada Baja Tulangan
   Korosi yang terjadi pada baja tulangan adalah korosi seragam atau biasa disebut uniform corrosion. Korosi memang hanyalah fenomena dipermukaan material, tetapi jika korosi telah terjadi dalam waktu yang lama dan tidak ditangani dengan baik maka fenomena korosi yang terjadi dipermukaan material akan masuk lebih dalam dan bisa menimbulkan craking pada material, hal ini tentu saja sangat merugikan, baja tulangan yang seharusnya dapat menahan beban yang telah ditentukan oleh arsitek akan berkurang kekuatannya dan akan membahayakan penghuni bangunan jika tidak segera ditangani dengan baik. Biaya yang besar tentu harus dikeluarkan untuk mengatasi kasus seperti ini, karena bangunan telah berdiri dan korosi yang telah terjadi sudah parah.

Gambar 1. Baja tulangan yang digunakan pada struktur bangunan sudah terkorosi dengan parah

Selain dilihat dari faktor biaya, kejadian ini akan membahayakan penghuni bangunan, bayangkan jika hal semacam ini tidak ditangani dengan baik dan hanya dianggap hal sepele, memang dalam waktu beberapa bulan mungkin tidak akan terjadi apa-apa tetapi ketika telah beberapa tahun, mungkin saja hal yang tidak diinginkan akan terjadi.
Sering kita melihat beton yang berwarna kuning kemerahan seperti berkarat, tetapi jarang orang memikirkan apa yang sebenarnya terjadi.  Hal ini bisa saja disebabkan oleh struktur baja yang terdapat didalam bangunan terkorosi. Jika hal ini terjadi di sebuah tempat yang harus mencerminkan suatu keindahan, kesempurnaan seperti contohnya perusahaan besar, mall, jembatan layang, hal ini akan mencitrakan tempat itu berkurang keindahannya. Kredibilitas tempat itu pun jadi taruhannya.
  
2  Penyebab Korosi Pada Baja Tulangan
Setiap konstruksi setelah dibangun harus dilakukan evaluasi secara terus menerus untuk menentukan kinerja bangunan. Ambruknya suatu infrastruktur, seperti jembatan, jalan layang, dermaga dan lain-lain, secara tiba-tiba sering kali membawa korban manusia dan kerugian finansial yang sangat besar. Hal ini merupakan bagian dari tugas pemilik bersama pihak yang berkepentingan untuk menjamin keselamatan masyarakat umum sebagai pengguna. Salah satu penyebab kerusakan bangunan dilingkungan laut adalah korosi pada beton dan tulangan.
Secara umum, tulangan baja didalam beton tidak akan terkorosi, karena beton pada umumnya memiliki PH tinggi (sekitar 12.5), Sifat PH tinggi atau basa / alkali pada beton terjadi saat semen tercampur dengan air. Karena sifat alkali ini, dipermukaan baja dalam beton terbentuk sebuah lapisan pasif yang menyebabkan baja terlindung dari pengaruh luar. Baja baru bisa terkorosi bila lapisan pasif ini rusak (PH Beton turun), yang biasanya disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut :http://daftarbahanbangunan.wordpress.com/wp-includes/js/tinymce/plugins/wordpress/img/trans.gif
·            Karbonasi (carbonation)
Proses karbonasi terjadi karena adanya interaksi dari karbon dioksida (CO2) di udara bebas / atmosfer dengan ion hidroksida didalam beton. Hasil dari interaksi tersebut menyebabkan PH beton turun (< 9) dan ini mengakibatkan penurunan ketahanan dari lapisan pasif di permukaan baja tulangan.
·            Klorida (Chlorides)
Ion klorida mempunyai kemampuan untuk penetrasi kedalam beton dan merusak lapisan pasif dipermukaan baja dan logam. Ion klorida bisa berasal dari lingkungan eksternal, misalnya air laut atau proses hyrolysis auto katalisis dari bahan logam itu sendiri yang menyebabkan baja terkorosi.
·            Garam Magnesium (Magnesium Salts)
Karena pada laut mengandung 3200 ppm bahan setara MgCl2, hal ini sudah cukup untuk melemahkan Portland Cement Hydrates dari serangan ion Mg. Hasil reaksinya akan menyebabkan kehilangan material (material loss) dan dapat melunakkan beton (soft).
·            Serangan Sulfat (sulphate attack)
Sulfat alami (natural sulphate) dan bahan polutan dari dalam tanah atau air laut dapat menyebabkan serangan Sulfat kedalam beton. Ion sulfat dari air laut akan bereaksi dengan hydrates dari portland cement yang dapat menyebabkan penurunan mutu beton, membuat beton menjadi lemah / lunak dan rapuh (brittle).
·            Serangan Asam oleh Bakteri
Pada bak tempat penampungan minyak mentah, struktur bawah dari bangunan offshore, pada daerah pantai yang air lautnya diam dan suhunya cenderung tetap (Oil Well 70-80 °C) atau (45-50 °C) akan berpotensi menumbuhkan mikroba aktif yang menghasilkan karbon dioksida serta dapat menurunkan PH air. Hal ini akan berpotensi menyebabkan proses korosi pada struktur beton, baja maupun bahan logam yang terdapat pada daerah tersebut.
Pada korosi jenis ini, kerusakan terjadi pada tulangan di dalam beton. Ini disebabkan karena tulangan di dalam beton bereaksi dengan air dan membentuk karat. Karat yang terbentuk pada tulangan ini mengakibatkan pengembangan volume besi tulangan tersebut. Pengembangan volume ini kemudian mendesak beton sehingga beton tersebut retak, terkelupas atau pecah, sehingga daya dukung dan dimensi beton menjadi berkurang.

3   Proses Terjadinya Korosi
Korosi yang tetrjadi pada baja tulangan bisa terjadi karena beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
v   Baja tulangan yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi.
v   Adanya air dari hasil sisa-sisa reaksi antara air dan semen.
v   Tembok atau beton yang menggunakan baja tulangan tidak kedap air.
Jika baja tulangan yang akan digunakan untuk struktur bangunan tidak diproteksi, akan menimbulkan resiko korosi pada baja tulangan. Ada berbagai cara untuk terjadi korosi pada baja tulangan. Air dapat masuk ke dalam beton dan sampai ke tulangan melalui 2 cara, melalui air yang masuk dari luar atau uap air di udara melalui pori-pori beton karena beton tidak kedap air. Bila ada sisa-sisa air yang tidak ikut tereaksikan pada saat pencampuran semen dengan air. Air yang tertinggal bisa mengenai baja tulangan dan akan menyebabkan korosi pada baja tulangan yang tidak diproteksi karena unsur-unsur yang ada pada air akan bereaksi dengan baja yang akan menyebabkan baja menjadi terkorosi.

Gambar 2. Mekanisme terjadinya korosi pada baja tulangan

Tembok atau beton yang menggunakan struktur baja tulangan yang tidak kedap air juga dapat menimbulkan korosi pada baja tulangan, hal ini memungkinkan air yang ada diluar tembok atau tergenang d atas tembok dapat masuk kedalam tembok atau beton, setelah air sampai di daerah baja tulangan maka baja tulangan akan bereaksi dengan air yang masuk dari luar tembok dan akan menghasilkan proses korosi.
Korosi yang terjadi pada baja tulangan bisa menimbulkan cracking pada tembok atau beton, hal ini dikarenakan adanya seolah-olah penebalan pada permukaan baja tulangan akibat adanya produk korosi yang berupa oksida. Pada saat terjadi penebalan ini, pada tingkatan yang parah tembok atau beton tidak akan sanggup menahan laju penebalan ini sehingga terjadilah cracking pada paermukaan tembok atau beton.

4   Dampak dari Baja Tualangan yang Mengalami Korosi.
Terjadinya korosi pada suatu bangunan dapat mempengaruhi masa pakai bangunan tersebut, karena kinerja komponen struktur bangunan menurun. Guna mencapai umur bangunan sesuai dengan rencana diperlukan pemeliharaan bangunan dan perawatan bangunan secara terus menerus. Adapun beberapa kerugian yang timbul akibat korosi pada suatu konstruksi yaitu:
*             Keluarnya biaya tambahan untuk memperbaiki kerusakan karena korosi.
*             Kekuatan bangunan yang akan berkurang.
*             Membahayakan keselamatan.
*             Mengurangi keindahan bangunan.

5   Pencegahan Korosi pada Baja Tulangan.
Jika kita tidak mau berbagai dampak negatif yang telah dibahas diatas terjadi pada bangunan tentu kita harus melakukan pencegahan agar hal tersebut tidak terjadi. Pencegahan korosi pada baja tulangan dapata dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
ü   Memproteksi baja tulangan yang akan digunakan.
ü   Proteksi Beton dengan cat waterproof
ü   Monitoring.
Ada beberrapa hal yang perlu dilakukan agar baja tulangan yang digunakan pada struktur bangunan tidak mengalami korosi. Sebelum baja tulangan digunakan kita harus melihat apakah sudah terjadi korosi pada permukaan baja tulangan akibat dari penyimpanan yang kurang baik di udara terbuka dalam jangka waktu yang tertentu, jika baja tulangan sudah terlihat kemerahan akibat korosi bersihkan permukaannya agar produk korosi hilang dari permukaan material. Setelah itu proteksi baja tulangan dengan cat, proteksi dengan cat bisa menekan biaya yang diperlukan untuk memproteksi baja tulangan.
Jika baja tulangan telah digunakan pada struktur bangunan tanpa diproteksi terlebih dahulu, dapat dilakukan tindakan pengamanan dengan cara melapisi permukaan bangunan dengan cat. Jika permukaan bangunan itu tidak kontak langsung dengan cuaca dapat dicat dengan cat tembok, tetapi jika permukaan banguna itu akan kontak langsung dengan cuaca harus dilapisi dengan cat yang tahan dengan cuaca (weather shield).
Hal yang tak kalah penting adalah monitoring secara teratur, agar diketahui jika ada sesuatu yang tidak normal dengan bangunan. Hal ini tidak hanya berfungsi untuk mengontrol korosi yang terjadi, tetapi juga hal-hal lain yang diaanggap perlu untuk merawat bangunan. 

Oleh:
Endar Setiawan "Teknik Metalurgi Universitas Jenderal Achmad Yani"
Rissa Deshanty "Teknik Metalurgi Universitas Jenderal Achmad Yani"

Jumat, 05 April 2013

Modulus Resilience



Resilience is the ability of a material to absorb energy when it is deformed elastically, and release that energy upon unloading. The modulus of resilience is defined as the maximum energy that can be absorbed per unit volume without creating a permanent distortion. It can be calculated by integrating the stress-strain curve from zero to the elastic limit. In uniaxial tension,
.

where Ur is the modulus of resilience, σy is the yield strength, and E is the Young's modulus
.

References
1. Campbell, Flake C. (2008). Elements of Metallurgy and Engineering Alloys. ASM International. p. 206. ISBN 9780871708670.





Young's modulus , also known as the tensile modulus , is a measure of the stiffness of an elastic material and is a quantity used to characterize materials. It is defined as the ratio of the uniaxial stress over the uniaxial strain in the range of stress in which Hooke's lawholds. [ 1 ] In solid mechanics , the slope of the stress-strain curve at any point is called the tangent modulus . The tangent modulus of the initial, linear portion of a stress-strain curve is called Young's modulus . It can be experimentally determined from the slope of astress-strain curve created during tensile tests conducted on a sample of the material. In anisotropic materials, Young's modulus may have different values depending on the direction of the applied force with respect to the material's structure.
It is also commonly called the elastic modulus or modulus of elasticity , because Young's modulus is the most common elastic modulus used, but there are other elastic moduli measured, too, such as the bulk modulus and the shear modulus .
Young's modulus is named after Thomas Young , the 19th century British scientist. However, the concept was developed in 1727 byLeonhard Euler , and the first experiments that used the concept of Young's modulus in its current form were performed by the Italian scientist Giordano Riccati in 1782, predating Young's work by 25 years. [ 2 ]
Young's modulus, E , can be calculated by dividing the tensile stress by the tensile strain in the elastic (initial, linear) portion of thestress-strain curve :
Description:  E \equiv \frac{\mbox {tensile stress}}{\mbox {tensile strain}} = \frac{\sigma}{\varepsilon}= \frac{F/A_0}{\Delta L/L_0} = \frac{F L_0} {A_0 \Delta L}
Where :
E is the Young's modulus (modulus of elasticity)
F is the force exerted on an object under tension;
0 is the original cross-sectional area through which the force is applied;
ΔL is the amount by which the length of the object changes;
0 is the original length of the object.
Material
lbf/in² (psi)
Steel (ASTM-A36)
29,000,000

References
1.     ^ Nic, M.; Jirat, J.; Kosata, B., eds. (2006–). "modulus of elasticity (Young's modulus), E " . IUPAC Compendium of Chemical Terminology (Online ed.). doi :10.1351/goldbook.M03966 . ISBN 0-9678550-9-8 .
2.     ^ The Rational Mechanics of Flexible or Elastic Bodies, 1638–1788 : Introduction to Leonhardi Euleri Opera Omnia, vol. X and XI, Seriei Secundae. Orell Fussli.
3.     a b c d e f g h i j k l m n o p q r "Elastic Properties and Young Modulus for some Materials" . The Engineering ToolBox .Retrieved 2012-01-06 .